BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada hakikatnya manusia itu harus di didik dan harus belajar karna di dunia ini tidak ada makhluk hidup yang sewaktu baru di lahirkan seBelajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan sangat penting bagi kita sdemikan tidak berdayanya seperti bayi manusia.sebaliknya, tidak ada makhluk di dunia ini yang setelah dewasa mampu menciptakan apa yang telah di ciptakan manusia dewasa. jika bayi manusia yang baru di lahirkan tidak mendapat bantuan dari manusia dewasa yang lain,tidak belajar,niscaya binasalah ia. Ia tidak akan mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak di didik atau di ajar oleh manusia. Benar, bahwa bayi yang baru di lahirkan telah membawa beberapa naluri/insting dan potensi potensi yang di perlukan untuk kelangsungan hidupnya,namun jumlahnyatebatas sekali dan potensi bawaan itu tidak akan mungkin berkembang tanpa pengaruh dari luar.
Di samping kepandaian yang bersifat jasmani,seperti merangkak,berjalan dan lain sebagainya. Anak(manusia ) itu membutuhkan kepandaian yang bersifat rohaniah.manusia bukan hanya makhluk biologis seperti halnya dengan hewan. Manusia adalah makhluk sosial dan budaya. Jelasnya kiranya,bahwa belajar sangat penting bagi kehidupan seorang manusia. Juga mengerti pula kita sekarang, mengapa anak(manusia) membutuhkan waktu yang lama untuk belajar sehingga menjadi manusia dewasa. Manusia selalu dan senantiasa belajar bila manapun dan di manapun dia berada.
B. Rumusan Masalah
Maka untuk lebih memahami makna belajar serta teori teori psikologi belajar,dapat di rumuskan beberapa permasalahan yang menjadi fokus bahasan pada tulisan ini, yaitu:
ü Apa yang di maksud dengan belajar?
ü Bagaimanakah konsepsi belajar menurut pandangan belajar?
ü Apa saja teori belajar dalam psikologi?
C, tujuan penulisan
Penulisan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah psikologi pendidikan yang mana dalam penulisannya memiliki beberapa tujuan penulisan antara lain:
ü Untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan
ü Agar lebih memahami materi psikologi pendidikan yang terkandung dalam makalah ini
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Belajar
Balajar adalah key term (istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar yang sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai sutu proses, belajar hampiur selalu mendapat tempat yang luasdalam bernagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan, misalnya psikologi pendidikan. Karna demikian pentingnya arti belajar, bagian terbesar upaya dan eksperimen psikologi pendidikan pun di arahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai perubahan manusia itu.[1]
Perubahan dan kemampuan untuk merubah merupakan batasan dan makna yang terkandung, karna kemampuan berubahlah, manusia terbebas dari kemandegan fungsinya esbagai kholifah dibumi, selain dengan kemampuan mengubah melalui belajaritu, manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan – keputusan penting dalam hidupnya.
Banyak sekali kalu seluruhnya bentuk - bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusiayang tergantung pada belajar, sehingga kualitas peradaban manusia jika terpulang pada apa dan bagaimana ia belajar. E.L Thorndike meramalkan, jika kemampuan belajar ummat manusia dikurangi setengahnya saj maka peradaban yang ada sekarang tak akan berguna bagi generasi mendatang. Bahkan mungkin peradaban itu sendiri akan lenyap ditelan zaman.
Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok ummat amnuisa (bangsa) ditengah –tengah persainga yang semakin ketat di antarabangsa – bangsa lainnyayag lebih dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan tersebut kenyataan teragis juga bisa terjadi karena belajar. Contoh tidak sedikit orang pintar yang menggunakan kepintaranya untuk mendesak bahkan menghancurkan kehidupan orang lain.
Meskipun ada dampak negative dari hasil belajar sekelompok manusia tertentu, kegiatan belajar tetap memiliki arti penting. Alasannya seperti yag telah dikemukakan di atas, belajar itu berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Artinya dengan ilmu dan teknologi, hasil belajar kelompok manusia tertindas itu juga dapat digunakan untuk membengun benteng pertahanan.iptek juga dapat dipakai untuk membeuat senjata penangkis agresi sekelompok manusia tertentuyang mungkin hanya dikendalikan oleh segelintir oknum. Yakni manusia yang mungkin mengalami gangguan psychopathy yang berwatak rusak dan anti social. (reber, 1988)
Selanjutnya dalam perspektif agama pun (dalam al ini islam), belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat hidupnya meningkat dan hal ini di nyatakan dalm surat al mujadalah:11 yang artinya : ”niscaya allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang yang beriman dan berilmu. Dan ilmu dalam hal ini tentu saja harus berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan zaman dan banyak bermanfaat bagi orang banyak.
Berdasarkan pertimbangan - pertimbangan tadi, anda selaku calon atau guru profesioinal seyogyanya melihat hasil belajar siswa –siswa dari berbagai sudut kinerja psikologi yang utuh dan menyeluruh. Sehubungan dengan ini, seorang siswa yang menempuh proses belajar, idealnya ditandai oleh munculnya pengalaman – pengalaman psikologis dan baru yang positif. Pengalaman – pengalaman yang bersifat kejiwaan tersebut diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sifat, sikap, dan cakapan yang konstruktif, bukan cakapan yang destruktif.
Untuk mencapai ahsil belajar yang ideal seperti di atas, kemampuan para pendidik teristimewa seorang guru dalam membimbing belajar murid – muridnya amat dituntut. Jika guru dalam keadaan siap dan memiliki profensi (berkemampuan tinggi) dalam menunaikan kewajibannya, harapan terbentuknya manusia yang berkualitas sudah tentu akan tercapai.[2]
Kita tahu bahwa setiap orang pasti pernah melakukan belajar dalam hidupnya. Untuk dapat mencapai cita – cita, harus dengankerja keras dan belajar sungguh – sungguh.misalnya seorang siswa yang ingin menjadi seoarang dokter, dia harus lebih dahulu belajar di SD, SLTP, SMU, dan fakultas kedokteran. Bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga harus belajar dirumah, dalam masyarakat lembag – lembaga pendidikan ekstra di luar sekolah, berupa kursus, les privat, bimbingan studi dan sebagainya.
Untuk dapat mencapai cita –cita tidak bisa dengan bermalas – malas,tetapi harus rajin, gigih dan tekun belajar. Belajar adalah sarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, keterampilan maupun kecakapan.seoarang bayi seumpamanya harus belajar berbagai kecakapan terutama sekali motorik seperti belajar menelungkup, duduk, merangkak, berdiri dan berjalan. Balajar dilakukan dengan sengaja atau tidak, dengan dibantu atau tanpa bantuan orangn lain. Belajar dilakukanoleh semnua oranmg baik anak – anak, remaja, oranng dewasa maupun yang tua, dan akan berlangsung seumur hidup, selagi hayat masih dikandung badan.
Dari kandungan di atas jelaslah bahwa belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Karena itu perlu diketahui seluk beluk belajar, terutama caranya.
Belajar dapat didefinisikan ”suatu usaha atau kegiatan yan bertujuan mengadakan perubahan di dlam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebaginya.
Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan:
1) Belajar adalah suatu usaha, perbuatan yang dilakukan bersungguh sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan segala potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak serta anggota tubuh lainnya, demikian juga aspek – aspek kejiawaan seperti inteligensi, bakat, motivasi, minat dan sebagainya.
2) Belajar bertujuan mengadakan perubahan dalam diri antara lain tingkah laku, misalnya seorang anak kecil yang tadinya sebelum memasuki sekolah bertingkah laku manja, egois, cengeng, dan senagainya, tetapi setelah beberapa bulan masuk SD, tingkah lakunya berubah menjadi anaka yang baik, tidak lagi cengeng dan sudah mau bergaul dengan teman – temanya.dari contoh di atas dapat dipahami bahwa perubahan yang timbul akibat belajar adalah bersifat positif, karena tujuan yang ingin dicapai dalam belajar adalah bersifat positif. Meskipun ada hasil – hasil yang negatif disebabka oleh hal hal tertentu.
3) Dengan belajar dapat mengubah keterampilan, misalnya olah raga, kesenian, jasa, teknik, pertanian,perikanan, pelayaran dansebagainya. Seorang termpil main bulu tangkis, bola, tinju, maupun cabang olah raga lainnya adalah berkat belajar dan latiha yang sungguh –sungguh.
Dari uraian di atas dapat diketahui belajar adalah kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup. Dengan kata lain, melalui belajar dapat memperbaiki nasib, mencapai cita – cita yang didambakan.karena itu tidak boleh lalai, jangan malas dan membuang waktu secara percuma, tetapi memanfaatkan denga seefektif mungkin, agar tidak timbul penyesalan dikemudian hari.[3]
- Teori-Teori belajar dalam psikologi
Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu bermuncullah pula berbagai teori dalam belajar. Di dalam masa perkembangan psikologi ini muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan, masing-masing yaitu:
ü Psikologi behavioristik
ü Psikologi kognitif
ü Psikologi humanistik
ü Psikologi sibernetik
Keempat aliran psikologi pendidikan di atas tumbuh dan berkembang secara beruntun dari periode ke periode berikutnya. Dalam setiap periode perkembangan aliran psikologi tersebut bermunculan teori- teori tentang belajar, yaitu:
ü Teori teori belajar dari psikologi behavioristik
ü Teori teori belajar dari psikologi kognitif
ü Teori teori belajar dari psikologi humanistik
ü Teori teori belajar dari psikologi sibernetik
Adapun uraian masing masing kelompok teori belajar tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teori teori belajar psikologi behavioristik
Teori belajar behavioristik di kemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut ”Contemporary behaviorist” atau juga disebut ”S-R psychologists”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu di kendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi reaksi behavioral dengan stimulasinya.
Guru guru yang menganut pandanagan ini berpendapat bahwa tingkah laku murid murid merupakan reaksi reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang dan Bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan terhadap tingkah laku tersebut.[4]
Teori ini juga di sebut dengan aliran tingkah laku. Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.[5]atau dengan kata lain,belajar adalah perubahan yang di alami siswa dalam hal kemampuanya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai interaksi antara stimulus dan respon.
ü Teori teori yang Mengawali Perkembangan Psikologi Behavioristik
Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori teori
tentang belajar yang di pelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie. Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan penemuan yang berharga mengenai hal belajar.
Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat di dominasi oleh pengaruh Thorndike (1874 – 1949). Teori belajar Thorndike ”connectionism” karna belajar merupakan proses pembentukan koneksi koneksi antara stimulus dan respon. Berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1990-an, eksperimen Thorndike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.
Seekor kucing yang lapar di tempatkan dalam sangkar berbentuk kotak berjeruji yang di lengkapi dengan peralatan seperti tali dan lain sebagainya. Peralatan tersebut di tata sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang tersedia di depan sangkar tadi.
Keadaan bagian dalam sangkar yang di sebut puzzle box(peti teka teki)itu merupakan stimulus yang merangssang kucing untuk bereaksi melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada di muka pintu.
Mula-mula kucing tersebut mengeong, mencakar dan melompat namun gagal membuka pintu untuk memperoleh makanan yang ada didepanya.akhirnya entah bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengukit dan terbukalah pintu sangkar tersebut. Eksperimen puzzle box ini terkenal dengan nama instrumental conditioning,artinya tingkah laku yang di pelajari berfungsi sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang di kehendaki.
Bedasarkan eksperimen di atas,thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon,itulah sebabnya teori behavioristik juga di sebut ”S-R psychology of learning”. Di samping itu, teori ini juga terkenal dengan sebutan ”trial and Error-learning”.hal ini menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan. Sehubungan dengan eksperimen thorndike tadi,hampir dapat di pastikan bahwa motivasi (seperti rasa belajar)merupakan hal yang sangat vital dalam belajar.
Dari penelitiannya, thorndike menemukan hukum-hukum:
ü ”law of readiness (hukum kesiapsiagaan)”:pada prinsipnya hanya merupakan asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan conduction unit(satuan perantara).unit unit ini menimbulkan kecendrungan yang mendorong organisme untuk berbuat sesuatu.jelas,hukum ini semata-mata bersikap spekulatif dan hanya bersifat historis.
ü ”law of exercise(hukum latihan)”:generalisasi artinya perilaku(perubahan hasil belajar) sering dilatih atau di gunakan maka eksistensi perilaku tersebut akan semakin kuat(law of use),begitupun sebaliknya.
ü ”law of effect”:bila mana trerjadi hubungan antara stimulus dan respon dan di barengi dengan ”state of affair” yang memuaskan maka hubungan itu menjadi lebih kuat dan begitu pula sebaliknya.[6]
Teori belajar hasil eksperimen thorndike di atas secara prinsial bersifat behavioristik artinya lebih menekankan timbulnya perilaku jasmani yang nyata dan dapat di ukur.jika kita renungkan dan bandingkan dengan teori juga temuan riset psikologi kognitif, karakteristik belajar dalm teori behavioristik yang telanjur di yakini sebagian besar ahli pendidikan itu,sesungguhnya mengandung banyak kelemahan, di antaranya:
a. Proses belajar itu dapat di amati secara langsng padahal adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat di saksikan dari luar kecuali sebagian gejalanya
b. Proses belajar iti bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti gerakan mesin dan robot.padahal setiap siswa memilikikemampuan mengarahkan dan mengendalikan diri yang bersifat kognitif
c. Proses belajar manusia yang di analogikan dengan perilaku hewan itu sangat suliy di teima,mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan.
2. Teori-Teori Belajar dalam Psikologi Kognitif
Dalam teori belajar ini berpendapat,tingkah laku seseorang tidak hanya di kontrol oleh ”reward” dan reinforcement”.mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kognitifis. Menurut pendapat mereka,tingkah laku seseorang senantiasa di dasarkan pada kognisi,yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar,seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh ”insight” untuk pemecahan masalah. Jadi kaum kognitif berpandangan,bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insigh terhadap hubungan hubungan yang ada di dalam suatu situasi.
ü Awal pertumbuhan teori teori belajar psikologi kognitif
Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar ”gestalt”.pelatak dari psikologi gestalt adalah Mex Werteimer(1886-1943)yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Suatu konsep yang terpenting dalam psokologi gestalt adalah tentang ”insight”,yaitu pengamatan atau pemahaman mendadaka terhadap hubungan hubungan antar bagian bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Insigh itu sering di hubungkan dengan pernyataan spontan ”aha” atau ”oh, I see now”.
Menurut pandangan gestaltis,semua kegiatan belajar (baik pada simpase maupun pada manusia)menggunakan insigh atau pemahaman terhadap hubungan hubungan terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan . menurut psikologi gistalt,tingkah kejelasan atau keberartian dari pada yang di amati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan belajar seseorang dari pada dengan hukuman atau ganjaran.
ü Teori belajar ”cognitive- field” dari lewin
Bertolak dari penemuan gestalt psychology,Kurt Lewin(1892-1947) mengembangkan suatu teori belajar ”cognitive- field” dengan menaruh perhatiankepada kepribadian dan psikologi sosial.
Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan kekuatan,baik yang dari dalam diri individu seperti tujuan,kebutuhan, tekanan kejiwaan maupun dari luar diri individu seperti tantangan maupun permasalahan. Menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitifitu adalah hasil dari dua macam kekuatan satu dari struktur medan kognisi itu sendiri,yang lainya dari kebuthan dan motivasi internal individu.Lewin memberikan peranan yanglebih penting pada motivasi dari pada reward.
3. Teori Teori Belajar dari Psikologi Humanistis
Perhatian teori humanistik yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap tiap individu di pengaruhi dan di bimbing oleh maksud maksudpribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman mereka sendiri.menurut para pendidik aliran humanistis penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan dengan persan dan perhatian siswa.
Tujuan utama para pendidik ialah membantu si siswa mengembangkan dirinya,yaitu membantu masing masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkanpotensi potensi yang ada pada diri meraka.
Bagi penganut teori ini,proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari keempat teori belajar,teori humanistik inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan.
Meskipun teoriinisangat menekankan pentingnya ”isi”dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar jika teori ini sanagat bersifat eklektik. Teori apapun dapat di manfaatkan asal tujuan untuk ”memanusiakan manusia”(mencapai aktualisasi diri dan sebagainya itu) dapat tercapai.
ü Awal timbulnya psikologi humanistis
Pada akhir tahun 1940-an muncullah suatu perspektif psikologi baru. Orang orang yang terlibatdalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini,misalnya ahli ahli psikologi klinik,pekerja pekerja sosial dan konselor bukan merupakan hasil penelitian dalam bidang proses belajar. Gerakan ini berkembang dan kemudian di kenal sebagai psikologi humanistik.psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si perilaku (behaver) bukan dari pengamat.
Dalam dunia pendidikan aliran humanistis muncul pada tahun 1960 – 1970-an dan mungkin perubahan – perubahan dan inovasi yang terjadi selama dua dekade yang terakhir pada abad ke-20 ini pun juga akan menuju pada arah ini. (Jhon Jarolimak dan Clifford D. Foster 1976, halaman 330).
ü Pandangan tokoh – tokoh hunanistis
Dari segi isi pelajaran yang harus ada dalam sebuah pembelajaran matri yang dipelajari oleh sisiwa harus mencakup tiga ranah atau kawasan materi. Sebagaimana Bloom dan Krathwohl mengatakan bahwa meteri pembelajaran meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Sedangkan dari segi tahapan belajar yang harus dilalui oleh siswa terbagi menjadi empat tahapan. Hal ini diutarakan oleh Kolb. Menurutnya, tahapan belajar siswa meliputi tahap pengalaman kongkret, pengamatan aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif. Dan hal yang paling penting dari teori humanistis adalah bahwa penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.
4. Teori Teori Belajar dari Psikologi Sibernetik
Teori ini beanggapan bahwa tidak ada satupun teori yang ideal untuk segala situasi dan cocok untuk karekter setiap siswa. Oleh karena itu titik tekan dari teori ini adalah bagaimana memahami ciri – ciri dari karakter sistem informasi (bahan atau masalah yang akan dipelajari).tujuan dari pemahaman terhadap ciri – ciri informasi ini adalah agar proses belajar sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Bagaimanapun proses juga merupakan hal yang penting dalam teori sibenetik.
Penekanan pada sistem informasi ini didasarkan pada cara berfikir siswa pada umumnya. Menurut Landa cara berfikir siswa ada dua macam. Yaitu algoritmik, yaitu proses berfikir linier, konvergen, lurus menuju pada satu target tertentu. Dan cara berfikir heuristik, yakni cara berfikir divergen, menuju kebeberapa target sekaligus. Tokoh lain juga berkata demikian, akan tetapi ada perbedaan pada cara berfikir yang kedua. Jika menurut Landa berfikir secara heuristik maka menurut Pask dan Scott adalah berfikir secara Wholist atau menyelurut. Maksudnya ialah berfikir yang cenderung melompat kedepan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Sebagai contoh ibarat melihat lukisan, bukan detail – detail dari lukisan tersebut yang kita amati, akan tetapi langsung secara keseluruhan lukisan tersebut, baru kemudian pada bagian – bagian kecilnya.
Pendekatan yang berorientasi pada sistem informasi menekankan beberapa hal seperti ingatan jangka pendek (short term memory) ingatan jangka panjang (long term memory), dan sebagainya yang berhubungan dengan apa yang terjadi dalam otak kita dalam proses pengolahan informasi. Selain harus memahami sistem informasi juga harus memahami lingkungan yang memengaruhi mekanisme pembelajaran.[7]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pembahasan tentang teori belajar yang telah dipaparkan di depan, memberikan pandangan untuk dapat memberikan kesimpulan tentang poin – poin yang telah dibahas. Antara lain belajar sebagai kegiatan siswa jika dipandang dari teori-teori tersebut adalah perubahan tingkah laku (behavioristik), dan juga sebagai sebuah proses yang didasari oleh kesadaran akan perlunya peroses tersebut.
Keempat teori belajar yang telah dijelaskan di depan memiliki pandangan tersendiri terhadap makna belajar. Yakni, behavioristik mengatakan belajar adalah interaksi stimulus dan respon (S+R), kognitif adalah insigh atau pemahaman hubungan antar situasi, yang dimunculkan oleh medan kognisi (fikiran), humanistik berpendapat bahwa belajar adalah usaha untuk memanusiakan manusia atau, sedangkan sibernetik adalah pengolahan informasi.
Dari keempat teori tersebut, bihavioristik adalah teori yang menitik beratkan tujuan dari belajar, ketiga teori yang menitik beratkan pada proses dari belajar itu sendiri. Dapat diambil kesimpulan dari keempat teori tersebut jika digabungkan maka sesuai dengan apa yanng sampaikan oleh UNISCO bahwa untuk meningkatkan atau memajukan manusia harus dengan sistem pendidikan yang mengacu pada learning To Do(behavior) , To Know (kognitif), To Be (humanis), dan To Life Together (sibernetis).
DAFTAR PUSTAKA
Drs.Dalyono,M.2009.Psikologi pendidikan. Rineka Cipta:jakarta
Dr. Hamzah B. Uno,M.pd.2008.orientasi baru dalam psikologi pembelajaran. PT bumi Aksara: jakarta
Drs. Soemanto Wasty,M.pd, 2006 psikologi pendidikan. Rajawali Pers: Jakarta
Drs. Mudzakkir,Ahmad. 2004. Psikologi pendidikan,Jakarta
[1] Drs.Ahmad mudzakkir,Psikologi pendidikan,(Jakarta:2004)hlm.31.
[2] Drs.Muhibbin Syah. M.Ed,op.cit.,hlm.95
[3] Drs.Ahmad mudzakkir,Psikologi pendidikan,(Jakarta:2004)hlm.36
[4] Drs.Wasty soemanto,M.pd.psikologi pendidikan (Jakarta:2006).hlm.123
[5] Ibid., hlm.42.
[6] Dalyono M.psikologi pendidikan (Jakarta:2009).hlm.
[7] B. Uno hamzah.Orientasi baru dalam psikologi pembelajaran.(jakarta:2008).hlm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar