Senin, 21 Maret 2011

EVALUASI PENDIDIKAN : Teknik Penilaian Tes Objektif


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam pembelajaran objek ini bisa berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi dan sebagainya.
Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dilihat dari segi sistem penskorannya dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu tes objektif dan tes sukjektif.
Tes objektif dalam hal ini adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban atau respon telah disediakan oleh penyusun butir soal. Peserta hanya memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Dengan demikian pemeriksaan atau penskoran jawaban atau respon peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa. Karena sifatnya yang objektif, maka tidak perlu harus dilakukan oleh manusia, tetapi dapat dilakukan sengan mesin, misalnya mesin scanner. Dengan demikian skor hasil tes dapat dilakukan secara objektif.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian tes objektif?
2.      Apa saja macam-macam dari tes objektif?
3.      Kapan saja digunakannya tes objektif?
4.      Apa kelebihan dan kekurangan dari tes objektif?
5.      Bagaimana cara menskor tes objektif?

C.    Tujuan Makalah
1.      Untuk mengetahui pengertian tes objektif.
2.      Untuk mengetahui macam-macam dari tes objektif.
3.      Untuk mengetahui ketepatan penggunaan tes objektif.
4.      Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tes objektif.
5.      Untuk mengetahui cara menskor tes objektif.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tes Objektif
Tes objektif (objective test) adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh teste dengan jalan memilih salah satu atau lebih diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir yang bersangkutan. Tes objektif juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short answer test), tes ya-tidak (yes-no test) dan tes model baru (new type test).

B.     Macam-Macam Tes Objektif
Secara umum tes objektif dapat dibagi menjadi dua macam, yakni:
1.      Tes objektif jawab bebas (free response items), terdiri dari:
a.       Completion test, dan
b.      Short answer
2.      Tes objektif jawab terbatas (fixed response item), terdiri dari:
a.       True-false
b.      Multiple choice
c.       Matching
d.      Rearrangement exercise

1.      Tes Objektif Jawab Bebas
Prinsip penyusunan tes objektif ini secara umum sama dengan seluruh tes objektif, yakni munculnya keseragaman dan kepastian tentang jawaban yang benar sesuai dengan pertanyaan. Dengan adanya keseragaman dan kepastian tentang jawaban yang benar tersebut pendidik dapat memberikan penilaian yang objektif karena kesimpulan yang diambil sudah didasarkan atas data yang ajeg, dengan demikian memperkecil peluang munculnya sukjektivitas penilaian.
Adapun yang termasuk dalam kategori tes objektif jawab bebas adalah tes melengkapi dan tes jawab pendek.
a.      Tes Melengkapi (completion test)
Tes melengkapi biasanya disebut tes menyempurnakan. Tes melengkapi yaitu salah satu jenis tes objektif yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Tes tersebut terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan (sudah dihapuskan)
2)      Bagian-bagian yang dihilangkan itu diganti dengan titik-titik (….)
3)      Titik-titik itu harus diisi atau dilengkapi atau disempurnakan oleh testee, dengan jawaban (yang oleh tester) telah digantikan.
Jadi sebenarnya tes objektif bentuk completion ini mirip sekali dengan tes objektif bentuk tes isian (fill in). Letak perbedaannya ialah bahwa pada tes objektif bentuk fill in bahan yang diteskan ini merupakan satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes objektif bentuk completion tidak harus demikian. Dengan kata lain, pada tes objektif bentuk completion ini, butir-butir soal tes dapat saja dibuat berlainan antara yang satu dengan yang lain.
Contoh:
Isilah titik berikut ini dengan jawaban yang benar dan tepat!
1.      Air akan membeku pada suhu …. derajat Farenheit
2.      Columbus menemukan Benua Amerika pada tahun ….

Disamping tertuang dalam bentuk kalimat-kalimat seperti yang dikemukakan pada contoh, tes objektif bentuk completion ini dapat pula dituangkan dalam bentuk gambar-gambar atau peta.
Diantara segi-segi kebaikan yang dimiliki oleh tes objektif bentuk completion adalah, bahwa:
a)      Tes model ini sangat mudah dalam penyusunannya.
b)      Jika dibandingkan dengan tes objektif bentuk fill in, tes objektif ini lebih menghemat tempat (menghemat kertas).
c)      Karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan beragam, maka persyaratan komprehensif dapat dipenuhi oleh tes model ini.
d)     Sehubungan dengan yang disebutkan pada butir diatas (c), maka tes ini dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja.
Kekurangan dari tes objektif bentuk completion ialah:
a)      Pada umumnya tester lebih cenderung menggunakan tes model ini untuk mengungkapkan daya ingat atau aspek hafalan saja.
b)      Dapat terjadi bahwa butir-butir item dari tes model ini kurang relevan untuk diujikan.
c)      Karena pembuatannya mudah, maka tester sering menjadi kurang berhati-hati dalam menyusun kalimat-kalimat soalnya (butir-butir soal dibuat asal jadi saja).
Ada beberapa petunjuk khusus penyusunan tes melengkapi ini, diantaranya:
1)      Hindarkan pernyataan yang tidak jelas.
2)      Jangan menghilangkan kata-kata kunci terlalu banyak.
3)      Hilangkan kata-kata yang mengandung arti penting, dan jangan dihilangkan kata-kata yang tidak penting.
4)      Hindarkan munculnya indikator jawaban yang dapat dibaca dari pernyataan yang ada dalam teks soal.
5)      Usahakan agar jawaban yang diberikan cukup terdiri satu kata atau satu kalimat.
6)      Jangan membuang kata terdepan dari suatu kalimat, hal ini akan menyebabkan sukar untuk dipahami selain itu juga tampak tidak wajar.
7)      Besar kolom yang dikosongkan untuk diisi hendaknya sama besar.
8)      Untuk mempermudah skoringnya, hendaknya disediakan kolom jawaban dan diletakkan di sebelah kanan setiap isiannya.

b.      Tes Jawaban Pendek (short – answer)
Tes jawab pendek ini juga disebut dengan soal jawab singkat adalah butir soal berbentuk pernyataan yang dapat dijawab dengan satu kata, satu frasa, satu angka atau satu formula.
Butir soal tipe ini termasuk salah satu tipe yang paling mudah dikonstruksi. Hal ini terutama disebabkan oleh butir soal ini hanya akan mengukur hasil belajar yang sederhana, yaitu bersifat ingatan, khususnya kemampuan di bidang matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), penguasaan kosa kata dalam bahasa asing, nama-nama tokoh serta tempat tertentu dalam sejarah. Kekuatan lainnya butir soal tipe ini adalah mengharuskan peserta tes menulis jawabannya, bukan memilih jawaban yang telah tersedia. Dengan demikian, maka akan dapat meminimalkan kemungkinan menebak.
Ada dua keterbatasan utama butir soal tipe jawaban pendek ini, yaitu tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks dan sulit dinilai. Karena sifatnya yang sederhana, maka butir soal tipe ini hanya menghasilkan respons singkat yang sederhana. Respon singkat yang seperti itu tidak memungkinkan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks. Kebanyakan hanya terbatas pada hasil belajar yang bersifat ingatan, dan paling tinggi hanya bersifat pemahaman. Untuk Matematika atau IPA masih mungkin untuk mengukur kemampuan penerapan (aplikasi). Di atas kemampuan itu sudah tidak mungkin lagi diukur dengan butir soal tipe ini. Keterbatasan kedua, yaitu sulit dinilai. Hanya butir soal yang konstruksi secara hati-hati yang tidak menimbulkan masalah ini.
Beberapa petunjuk khusus penyusunan tes ini antara lain:
1)      Rumusan butir soal harus sesuai dengan kemampuan (kompetensi dasar dan indikator).
2)      Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa yang baik, kalimat singkat, dan jelas sehingga mudah dipahami.
3)      Jawaban yang dituntut oleh butir yang berupa kata, frase, angka, simbol, tahun,t empat, dan sejenisnya harus singkat dan pasti.
4)      Menggunakan bentuk kalimat tanya akan lebih baik daripada menggunakan kalimat berita.
5)      Pertanyaan sedemikian rupa sehingga jawaban yang muncul dapat disampaikan sesingkat mungkin, kalau perlu hanya dijawab dengan satu kata lebih baik.
6)      Apabila lembar jawaban ingin dijadikan satu soal dengan lembar soal, sebaiknya disediakan kolom jawaban yang terpisah dengan soalnya.
7)      Hindarkan penggunaan susunan kalimat yang persis dalam buku teks.
8)      Hindari rumusan butir soal yang mengandung petunjuk kepada kunci jawaban.
9)      Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga hanya ada satu jawaban yang benar.
Sebagai contoh:
1)      Siapakah nama ayah penggnti Rasulullah SAW?
2)      Berapakah jumlah ayat surat Al-Fatihah?

2.      Tes Objektif Jawab Terbatas
Tes ini merupakan salah satu bentuk tes objektif, dimana butir-butir soal yang diberikan kepada anak didik disertai dengan alternatif jawaban, sehingga anak didik tinggal memilih salah satu diantara alternatif yang disediakan. Jawaban tersebut hanya ada satu yang benar atau yang paling benar, sedangkan lainnya salah.
Yang menjadi persoalan adalah banyak sedikitnya alternatif yang harus dipilih. Atas dasar banyaknya kemungkinan tersebut, tes bentuk ini dapat dibagi menjadi dua. Pertama, memilih salah satu diantara dua alternatif jawaban, dikenal dengan True-false. Kedua, memilih salah satu atau lebih dari beberapa kemungkinan pilihan yang lebih dari dua, tes ini disebut dengan Multiple choice, Matching, dan Rearrangement Exercise.
a.       True-false Test (Tes Benar-Salah)
Tes objektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes objektif dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa pernyataan (statement), pernyataan ada yang benar dan ada yang salah.
Contoh:
Petunjuk:
Di bawah ini ada sejumlah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban: benar dan salah. Anda diminta menentukan pendapat mengenai pernyataan-pernyataan tersebut, benar ataukah salah. Jika benar lingkarilah huruf B pada lembar jawaban. Jika salah lingkarilah huruf S sesuai dengan masing-masing pernyataan tersebut.

B – S   : Ajaran Islam yang masuk ke Indonesia adalah “Islam yang kalah”, yakni hanya aspek sufistiknya saja; sementara aspek rasionalistiknya diambil oleh orang Barat.

Bentuk benar-salah ada dua macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal), yakni:
-          Dengan pembetulan (with corrention) yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah.
-          Tanpa pembetulan (without correction) yaitu siswa hanya diminta melingkati huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.
Kebaikan tes benar-salah diantaranya sebagai berikut:
a)      Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya singkat saja.
b)      Mudah menyusunnya.
c)      Dapat digunakan berkali-kali.
d)     Dapat dilihat secara cepat dan objektif.
e)      Petunjuk cara mengerjakannya mudah dimengerti.

Keburukan tes benar-salah diantaranya sebagai berikut:
a)      Sering membingungkan.
b)      Mudah ditebak/diduga.
c)      Banyak masalah yang tidak dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan benar atau salah.
d)     Hanya dapat mengungkap daya ingatan dan pengenalan kembali.

Petunjuk penyusunan tes benar-salah antara lain sebagai berikut:
a)      Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
b)      Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur, misalnya: B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
c)      Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.
Contoh:
B-S. Kekayaan lebih penting daripada kepandaian.

d)      Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
e)      Hindarilah kata-kata yang menunjukkan kecenderungan memberi saran seperti yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah, dan sebagainya.
b.      Multiple Choice Test (Pilihan Ganda)
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (item) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).
Tes objektid bentuk multiple choice item sering dikenal dengan istilah objektif bentuk pilihan ganda, yaitu salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan.
Contoh 1 : Bentuk pertanyaan
Pilihlah satu jawaban yang tepat
1.      Pada saat yang manakah bacaan Talbiyah dibaca oleh para jama’ah haji?
A.    Sa’i
B.     Wukuf
C.     Thawaf
D.    Berangkat ke Arofah
E.     Ihram

Contoh 2: Berbentuk pernyataan (statement)
Pilihlah satu jawaban yang tepat!
1.      Orang yang menggantikan puasa Ramadhan dengan memberi makan kepada fakir miskin, disebut membayar:
A.    Jariyah
B.     Fidyah
C.     Shadaqah
D.    Hibbah
E.     Wakaf

Seperti dapat diperiksa pada dua contoh di atas, maka tes objektif bentuk multiple choice item terdiri atas dua bagian, yaitu:
a)      Item atau soal, yang dapat berbentuk pertanyaan dan dapat pula berbentuk pernyataan.
b)      Option atau alternatif, yaitu kemungkinan-kemungkinan jawab yang dapat dipilih oleh testee.
Option atau alternatif ini terdiri atas dua bagian, yaitu:
(1)   Satu jawaban betul, yang biasa disebut kunci jawaban.
(2)   Beberapa pengecoh atau distractor, yang jumlahnya berkisar antara dua sampai lima buah.
Dalam perkembangannya, sampai saat ini tes objektif bentuk multiple choice item dapat dibedakan menjadi sembilan model, yaitu:
a)      Model melengkapi lima pilihan
b)      Model asosiasi dengan lima atau empat pilihan
c)      Model melengkapi berganda
d)     Model analisis hubungan antar hal
e)      Model analisis kasus
f)       Model hal kecuali
g)      Model hubungan dinamik
h)      Model pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar.

a)      Tes objektif bentuk multiple choice item model melengkapi lima pilihan
Tes objektif bentuk multiple choice item model melengkapi lima pilihan ini pada umumnya terdiri atas: kalimat pokok (=item) yang berupa pernyataan yang belum lengkap, diikuti oleh lima kemungkinan jawab (alternatif) yang dapat melengkapi pernyataan tersebut. Tugas testee disini ialah: memilih salah satu diantara lima kemungkinan jawab tersebut, yang menurut keyakinan testee adalah paling tepat (=merupakan jawaban yang benar).
Dengan demikian, pada tes objektif bentuk multiple choice item model melengkapi lima pilihan ini, hanya  akan kita jumpai satu jawaban yang benar.
Contoh 1:
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan jalan membubuhkan tanda silang (X) pada huruf abjad A, B, C,D atau E.
1.      Daulah Bani Abbasiyah mencapai puncak kejayaan atau zaman keemasan pada masa pemerintahan
A.    Umar bin Abdul Aziz
B.     Utsman bin Affan
C.     Yazid bin Mu’awiyah
D.    Harun al-Rasyid
E.     Al-Ma’mun                                                                 (Kunci: D)
2.      Sedangkan Daulah Bani Umayah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan
A.    Ali bin Abi Thalib
B.     Umar bin Khaththab
C.     Muawiyah bin Abi Sofyan
D.    Al-Mu’tashim
E.     Khalid bin Walid                                                         (Kunci: C)

b)      Tes Obyektif bentuk multiple choice item model asosiasi dengan lima atau empat pilihan
Tes Obyektif bentuk multiple choice item model asosiasi dengan lima atau empat pilihan ini terdiri dari lima atau empat judul/istilah/ pengertian, yang diberi tanda huruf abjad didepannya, dan diikuti oleh beberapa pernyataan yang diberi nomor urut didepannya. Untuk tiap pernyataan tersebut testee diminta memilih salah satu judul/istilah/ pengertian yang berhuruf abjad, yang menurut keyakinan testee adalah paling cocok (paling benar).
Contoh 1: Model Asosiasi dengan Lima Pilihan
Untuk butir soal nomor 1 sampai dengan 5 berikut ini, cocokkanlah istilah yang terdapat di belakang huruf abjad, dengan pernyataan yang terdapat pada masing-masing soal:
A. Dzalim              B. Fasiq           C. Kafir           D. Murtad       E. Riya

Soal:
1.      Orang yang tidak mengakui adanya Allah.
2.      Orang yang menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.
3.      Orang yang keluar dari agama Islam.
4.      Orang yang tahu aturan dan kewajiban, tetapi tidak mau melakukannya.
5.      Suka pamer dan ingin dipuji orang.

c)      Tes Obyektif bentuk multiple choice item model melengkapi berganda
Butir soal sejenis ini pada dasarnya sama dengan multiple choice item model melengkapi lima pilihan, yaitu terdiri atas satu kalimat pokok yang tidak (belum) lengkap, diikuti dengan beberapa kemungkinan jawaban (bisa merupakan lima pernyataan dan bisa pula merupakan empat pernyataan). Perbedaannya adalah, bahwa pada butir soal jenis ini, kemungkinan jawaban betulnya bisa satu, dua, tiga, atau empat.
Contoh:
Tulislah:
A.    Bila (1), (2) dan (3) betul.
B.     Bila (1) dan (3) betul.
C.     Bila (2) dan (4) betul.
D.    Bila hanya (4) yang betul.
E.     Bila semuanya betul.

Soal:
1.      Hal-hal yang termasuk perbuatan thaharah adalah:
(1)   Mandi
(2)   Berwudhlu’
(3)   Menghilangkan najis
(4)   Membaca doa iftitah
2.      Nabu Muhammad SAW adalah Nabi terakhir, beliau adalah:
(1)   Keturunan suku Quraisy
(2)   Ibunya bernama Aminah
(3)   Ayahnya bernama Abdullah
(4)   Ayahnya wafat ketika beliau masih berada dalam kandungan
3.      Haji Wada’ adalah haji yang dikerjakan
(1)   Oleh semua ummat Islam
(2)   Khusus oleh Nabi Muhammad SAW
(3)   Sepuluh tahun sebelum Nabi wafat
(4)   Setahun sebelum bulan haji berikutnya

d)     Tes Obyektif bentuk multiple choice item model analisis hubungan antar hal
Tes Obyektif bentuk multiple choice item biasanya terdiri atas satu kalimat pernyataan yang diikuti oleh satu kalimat keterangan. Kepada testee ditanyakan, apakah pernyataan itu betul, dan apakah keterangan itu juga betul. Jika pernyataan dan keterangan itu betul, testee harus memikirkan, apakah pernyataan itu disebabkan oleh keterangan yang diberikan, ataukah pernyataan itu tidak disebabkan oleh keterangan tersebut?
Contoh:
Soal nomor 1 sampai dengan 3 berikut ini terdiri atas tiga bagian, yakni: Pernyataan, Sebab dan Alasan, yang disusun secara berurutan.
Pilihlah:
A.    Jika Pernyataan BETUL, Alasan BETUL dan keduanya menunjukkan HUBUNGAN SEBAB AKIBAT.
B.     Jika Pernyataan BETUL, Alasan BETUL, tetapi keduanya TIDAK MENUNJUKKAN HUBUNGAN SEBAB AKIBAT.
C.     Jika Pernyataan BETUL dan Alasan SALAH
D.    Jika Pernyataan SALAH dan Alasan BETUL.
E.     Jika Pernyataan SALAH dan Alasan Salah.

Soal:
1.      Diantara syarat-syarat wajib haji adalah Islam.
SEBAB
Tidak wajib bahkan tidak akan sah jika haji orang kafir.
2.      Seseorang akan berangkat menunaikan ibadah haji, tiba-tiba menderita sakit berat sehingga tidak mungkin melaksanakan ibadah haji tersebut, dan karena itu gugurlah kewajiban menunaikan ibadah hajinya untuk selama-lamanya.
SEBAB
Kewajiban menunaikan ibadah haji bagi orang Islam hanya satu kali dalam seumur hidupnya.
3.      Nabi Muhammad SAW itu bersifat ma’shum atau terhindar dari dosa.
SEBAB
Dosa seseorang itu akan ditanggung sendiri oleh yang bersangkutan.

e)      Tes Obyektif bentuk multiple choice item model analisis kasus
Butir soal jenis ini merupakan tiruan keadaan yang sebenarnya. Jadi seolah-olah testee dihadapkan kepada suatu kasus. Dari kasus tersebut, kepada testee ditanyakan mengenai berbagai hal dan kunci jawaban-jawaban itu tergantung pada tahu atau tidaknya testee dalam memahami kasus tersebut.
Contoh:
Ikutilah kasus di bawah ini dan pilihlah jawaban yang tepat untuk soal-soal berikut ini:
Dalam usahanya untuk menyebarluaskan agama Islam sebagai agama wahyu, Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya dari lingkup kecil menuju jangkauan yang luas. Dimulai dari keluarga, kerabat dan seterusnya, menyebar kepada masyarakat luas.
Hal ini beliau lakukan dengan penuh kesabaran dan keuletan, meskipun dihadapannya terbentang tantangan dan kendala yang datang dari masyarakat Quraisy. Kemudian detelah beberapa cobaan datang dan risiko menimpa diri Nabi, serta dirasa dijadikan pusat pemerintahan dan daerah penyebaran Islam, maka Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya hijrah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.
Masyarakat Madinah adalah masyarakat yang komplek, terdiri atas golongan mukmin, Yahudi, Nasrani dan sebagian kafir dzimny. Di tengah-tengah masyarakat yang demikian ini ternyata Islam dapat berkembangan dengan pesat, bahkan dapat berdiri suatu Negara dan pemerintahan Islam. Diantara mereka dibuat suatu perjanjian untuk bersama-sama membangun negeri Madinah, dan kepada kafir dzimny Nabi memberi kebebasan untuk tetap tinggal di sana; mereka dikenakan semacam pajak yang disebut ji’zah.
Soal:
Dari uraian di atas dapatlah ditarik pengeritan, bahwa:
A.    Agama Islam itu memandang sama antara mukmin dengan orang kafir.
B.     Orang kafir dzimny itu bukanlah termasuk musuh Islam.
C.     Agama Islam dapat berkembang pesat karena adanya dukungan kafir dzimny.
D.    Sejak dahulu Islam telah menekankan prinsip-prinsip toleransi dan kerjasama.
E.     Antara agama Nasrani, Yahudi dan Islam pada dasarnya tidak berbeda.

f)       Tes Obyektif bentuk multiple choice item model hal kecuali
Model “Hal Kecuali” ini dikembangkan atas dasar Asosiasi Positif dan Asosiasi Negatif secara serempak.
Jika model semacam ini digunakan dalam tes hasil belajar, maka pada kolom sebelah kiri dicantumkan tiga macam gejala atau kategori (yakni A, B dan C); sedangkan pada kolom sebelah kanan terdapat lima hal atau keadaan (yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5), dimana empat diantaranya cocok dengan satu hal yang berada di sebelah kiri.
Jawaban yang dikehendaki oleh tester ialah, agar testee menentukan hal berabjad mana yang dipandang cocok dengan empat keadaan yang bernomor, dan keadaan yang tidak cocok dengan hal dan keadaan itu. Jadi, disini testee diminta untuk memberikan dua buah jawaban, yaitu: 1 huruf abjad dan 1 nomor.
Contoh:
Untuk soal di bawah ini anda diminta dua jawaban. Pada kolom sebelah kiri terdapat tiga macam kategori, sedangkan pada kolom sebelah kanan terdapat lima macam hal, dimana empat diantaranya berhubungan erat dengan salah satu kategori di kolom sebelah kiri.
Kategori manakah yang berhubungan erat dengan empat hal tersebut, dan pilihlah hal yang tidak termasuk kelompok hal dimaksud di atas!
Soal:
A.    Kriteria untuk menjadi Khalifah                      1. Shiddiq
dalam pemerintahan Islam.                              2. Amanah
B.     Sifat-sifat orang yang sombong.                      3. Khianat
C.     Sifat-sifat yang dimiliki oleh Rasul.                4. Tabligh
                                                                         5. Fathanah
                                                                         (Kunci: C.3)

g)      Tes Obyektif bentuk multiple choice item model hubungan dinamik
Tes Obyektif bentuk multiple choice item model hubungan dinamik ini adalah salah satu jenis tes objektif bentuk pilihan ganda, yang menuntut kepada testee untuk memiliki bekal pengertian atau pemahaman tentang perbandingan kuantitatif dalam hubungan dinamik.
Dalam praktek model ini lebih sesuai diterapkan pada tes hasil belajar yang termasuk dalam kelompok mata pelajaran eksakta, seperti: Fisika, Kimia, Biologi dan sebagainya.
Contoh:
Pilihlah:
A.    Jika (1) naik     maka (2) naik.
Jika (1) turun   maka (2) turun.
B.     Jika (1) naik     maka (2) turun.
Jika (1) turun   maka (2) naik.
C.     Jika perubahan pada (1) tidak mempengaruhi (2).
Soal:
1.      (1) Volume urine.
(2) Berat jenis urine.
2.      (1) Kadar protein plasma.
(2) Tekanan koloid osmotic plasma.
(Kunci: 1.C     2.A)
h)      Tes Obyektif bentuk multiple choice item model perbandingan kuantitatif
Pada model perbandingan kuantitatif ini, yang perlu ditanyakan kepada testee adalah hafalan kuantitatif yang sifatnya fundamental dan dikemudian hari perlu hafal di luar kepala, didalam profesinya tanpa melihat buku, daftar atau tabel.
Contoh:
Petunjuk:
Di bawah ini terdapat beberapa soal mengenai perbandingan.
Tulislah:
A.    Jika (1) lebih besar daripada (1)
B.     Jika (1) lebih kecil daripada (2)
C.     Jika keduanya sama besar atau hamper sama besar.

Soal:
1.      (1) Berat Jenis Bensin
(2) Berat Jenis Air
2.      (1) Pulai Irian
(2) Pulau Kalimantan
(Kunci: 1.B     2.A)
i)        Tes Obyektif bentuk multiple choice item Model pemakaian Gambar/diagram/grafik/peta
Pada tes objektif bentuk multiple choice item model ini, terdapat gambar/diagram/grafik/peta yang diberi tanda huruf abjad A, B, C, D dan sebagainya. Kepada testee ditanyakan tentang sifat/keadaan/hal-hal tertentu yang berhubungan dengan tanda-tanda tersebut.
Contoh:
Di bawah ini adalah peta benua Afrika, dimana pada bagian Utara benua tersebut terdapat beberapa Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.


Description: C:\Users\OpErAtOr\Desktop\U01D6EBT0322000021A copy.jpg
 




Soal:
1.      Republik Arab Mesir.
2.      Aljazair.
3.      Libya.
4.      Marokko.
5.      Tunisia.
(Kunci: 1.C     2.A      3.B      4.D      5.E)

Kelebihan Item Tes Pilihan Ganda
Dalam evaluasi pembelajaran, item tes pilihan ganda mempunyai beberapa kelebihan yang secara ringkas dapat dicermati dalam uraian berikut:
1.      Tes pilihan ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu alat pengukur hasil belajar siswa. Karakter yang baik tersebut yaitu lebih fleksibel dalam implementasi evaluasi dan efektif untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan belajar mengajar.
2.      Item tes pilihan ganda yang dikonstruksi dengan intensif dapat mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas.
3.      Item tes pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur penguasaan informasi para siswa yang hendak dievaluasi.
4.      Item tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan intelektual atau kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.
5.      Dengan menggunakan kunci jawaban yang sudah disiapkan secara terpisah, jawaban siswa dapat dikoreksi dengan lebih mudah.
6.      Hasil jawaban siswa yang diperoleh dari tes pilihan ganda dapat dikoreksi bersama, baik oleh guru maupun siswa dengan situasi yang lebih kondusif.
7.      Item tes pilihan ganda yang sudah dibuat terpisah antara lembar soal dan lembar jawaban, dapat dipakai secara berulang-ulang.

Kelemahan Item Tes Pilihan Ganda
Kesulitan yang sering dialami para guru kelas, berkaitan dengan mengonstruksi item tes pilihan ganda adalah kesulitan dalam menyusun item tes yang mengandung pokok persoalan dengan tepat, dan menyusun jawaban alternatif dengan memperhitungkan beberapa jawaban menjebak (distracters) yang memungkinkan dipilih siswa.
Disamping kelemahan pokok seperti yang diuraikan di atas, item tes pilihan ganda masih memerlukan perhatian seorang guru atau evaluator, diantaranya adalah kelemahan yang berkaitan dengan beberapa hal berikut.
1.      Konstruksi item tes pilihan lebih sulit serta membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan penyusunan item tes bentuk objektif lainnya.
2.      Tidak semua guru senang menggunakan tes pilihan ganda untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu, misalnya satu semester atau satu kuartal.
3.      Item tes pilihan ganda kurang dapat mengukur kecakapan siswa dalam mengorganisasi materi hasil pembelajaran.
4.      Item tes pilihan ganda memberi peluang pada siswa untuk menerka jawaban.

Syarat yang diperhatikan untuk menyusun tes objektif multiple choice, diantaranya:
a.       Statement harus jelas merumuskan suatu masalah. Tentukanlah sebelumnya bahwa hanya ada satu jawaban yang paling benar dan tepat.
b.      Baik statement maupun option sedapat mungkin jangan merupakan suatu kalimat yang terlalu panjang.
c.       Hindarkanlah option yang tidak ada sangkut-pautnya satu sama lain. Dengan kata lain, option (pilihan jawaban) hendaknya homogen.
Contoh yang salah:
1.      Hasil perkebunan Provinsi Lampung adalah:
a.       Karet         b. lada         c. terigu           d. bawang

Contoh yang baik:
1.      Hasil Perkebunan Lampung yang terbesar adalah:
a.       Karet
b.      Lada
c.       Kelapa sawit
d.      kopi

c.       Matching Test (Menjodohkan)
Tes objektif bentuk matching sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan dan tes mempertandingkan.
Tes objektif bentuk matching merupakan salah satu bentuk tes objektif dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Tes terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
b)      Tugas testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau merupakan pasangan, atau merupakan “jodoh” dari pertanyaannya.
Jadi dalam tes objektif bentuk matching ini, disediakan dua kelompok bahan dan testee harus mencari pasangan-pasangan yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok pertama dengan yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai dengan petunjuk yang diberikan dalam tes tersebut.
Contoh 1:
Di bawah ini terdapat dua daftar, yaitu daftar I dan daftar II. Tiap-tiap kata pada daftar I mempunyai pasangan yang terdapat pada daftar II. Tulislah hufur abjad yang terdapat pada daftar II di atas titik yang terdapat pada daftar I
Nomor 1 adalah contoh mengenai cara mengerjakan soal-soal berikutnya:
Daftar I
Daftar II
1.       B  Shalat sunnah yang dilaksanakan pada tiap malam bulan Ramadhan.
2.      …. Shalat sunnah yang dilakukan sewaktu memasuki masjid.
3.      …. Shalat sunnah yang tidak ditentukan waktu dan tidak pula ditentukan bilangan rakaatnya.
4.      …. Shalat yang dilakukan sewaktu dalam keadaan takut atau dalam keadaan bahaya.
5.      …. Shalat sunnah yang dilakukan untuk memohon petunjuk terhadap perbuatan atau pekerjaan yang akan dilaksanakan, apakah baik atau buruk, sebab masih terjadi keragu-raguan.
6.      …. ……………. dan seterusnya ……….
A.    Istisqa’
B.     Tarawih
C.     Rawatib
D.    Mutlak
E.     Khauf
F.      Istikharah
G.    Dhuha
H.    Tahajjud
I.       Tahiyatul Masjid

Tes objektif bentuk matching ini memiliki beberapa kebaikan, diantaranya ialah:
a)      Pembuatan mudah.
b)      Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan objektif.
c)      Apabila tes jenis ini dibuat dengan baik, maka faktor menebak praktis dapat dihilangkan.
d)     Tes jenis ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal, misalnya:
-          Antara problem dan penyelesaiannya.
-          Antara teori dan penemunya.
-          Antara sebab dan akibatnya.
-          Antara singkatan dan kata-kata lengkapnya.
-          Antara istilah dan definisinya.

Adapun segi-segi kelemahan yang dimiliki oleh tes objektif bentuk matching antara lain ialah:
a)      Matching test cenderung lebih banyak mengungkapkan aspek hafalan atau daya ingat saja.
b)      Karena mudah disusun, maka tes jenis ini acapkali dijadikan “pelarian” bagi pengajar, yaitu dipergunakan kalau pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain.
c)      Karena jawaban yang pendek-pendek, maka tes jenis ini kurang baik untuk mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran (interpretasi).
d)     Tanpa disengaja, dalam tes ini sering menyelinap atau masuk hal-hal yang sebenarnya kurang perlu untuk di ujikan.

Beberapa bentuk praktis menyusun tes bentuk ini adalah:
1)      Soal harus sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam kurikulum.
2)      Kelompok hanya premis-premis yang homogen dan jawaban-jawaban yang homogen.
3)      Jumlah respon yang dijadikan jawaban hendaknya lebih banyak bila dibandingkan dengan statemen yang dijadikan soal (premis), misalnya lebih dua atau tiga. Hal ini untuk memperkecil kemungkinan peserta tes menjawab benar soal dengan cara menebak.
4)      Statement yang menjadi jawaban hendaknya disusun dalam kalimat yang lebih pendek dan ringkas yang diletakkan pada lajur sebelah kanan. Sebab peserta tes akan mengalami kesukaran ketika harus menjodohkan bagian yang pendek dengan bagian yang lebih panjang.
5)      Butir soal dan pilihan jawaban pada satu halaman yang sama.
6)      Statement yang menjadi soal, diletakkan di sebelah kiri dengan diberi nomor arab, sedangkan jawaban diletakkan di sebelah kanan dengan menggunakan abjad.
7)      Dalam membuat petunjuk, jelaskan dasar yang digunakan untuk menjodohkan. Dalam soal menjodohkan yang bersifat sederhana, dasar untuk menjodohkan mungkin sudah jelas. Kendatipun demikian harus dijelaskan secara eksplisit pada petunjuk, sehingga tidak menimbulkan keraguan pada peserta didik.
8)      Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
9)      Menggunakan bahasan yang komunikatif, sehingga mudah dimengerti.
10)  Karena kecilnya faktor terkaan dalam menjawab tes bentuk ini, nilai dihitung dari jumlah jawab benar.

d.      Rearrangemenr Exercise
Maksud bentuk tes ini adalah tes berupa rangkaian kalimat utuh dan benar, kemudian diceraikan secara tidak beraturan, sehingga bentuk aslinya sulit dikenali, peserta didik diminta menyusun kembali sesuai dengan urutan yang benar.
Tes bentuk ini dapat mengukur kemampuan berfikir logis peserta didik. Bentuk tes ini banyak digunakan untuk mata pelajaran bahasa. Kesulitan adalah dalam menentukan topik bahasan yang memiliki homogenitas yang baik.
Bentuk ini apabila diterapkan pada mata pelajaran bahasa tidak ada masalah yang pokok. Tetapi jika digunakan dalam ilmu sosial seperti sejarah, geografi dan agama, problem homogenitas tersebut muncul.
Contoh:
Petunjuk : susunlah kalimat yang bercerai ini menjadi kalimat sempurna!
Soal:
         lillahi                inna         raaji’un             wa inna                ilaihi
            A                     B                C                       D                       E

C.    Ketepatan Penggunaan Tes Objektif
Tes hasil belajar bentuk objektif sebagai salah satu jenis tes hasil belajar, tepat dipergunakan apabila tester berhadapan dengan kenyataan-kenyataan seperti disebutkan berikut ini:
1)      Peserta tes jumlahnya cukup banyak. Dengan jumlah testee yang cukup banyak itu, maka penggunaan tes uraian menjadi kurang efektif dan efisien, terutama ditinjau dari segi waktu yang dibutuhkan untuk mengoreksi hasilnya.
2)      Penyusun tes (tester) telah memiliki kemampuan dan bekal pengalaman yang luas dalam menyusun butir-butir soal tes objektif. Perlu disadari, bahwa menyusun butir-butir soal tes objektif itu tidaklah semudah seperti menyusun tes uraian. Kesulitan pertama yang akan ditemui oleh pembuat soal tes objektif ialah dalam menentukan model-model tes objektif mana yang paling tepat dipergunakan dalam tes, yang kiranya sesuai dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh  bahan pelajaran yang akan diteskan. Kesulitan lainnya yang tidak lebih ringan ialah, dalam hal menyusun alternatif atau option (kemungkinan jawab) yang harus dipasangkan pada setiap butir soal.
3)      Penyusun tes memiliki waktu yang cukup longgar dalam mempersiapkan penyusunan butir-butir tes objektif. Berbeda dengan tes uraian, maka butir-butir soal yang harus dibut dalam tes objektif jumlahnya cukup banyak. Pada umumnya jumlah butir soal tes objektif itu tidak kurang dari 40 butir dengan berbagai variasinya dan harus bersifat komprehensif. Karena itu untuk dapat menyusun butr-butir soal tes objektif dengan karakteristik seperti itu, diperlukan waktu yang cukup longgar. Adalah tidak mungkin bagi tester untuk membuat butir-butir soal tes objektif dengan secara mendadak atau terburu-buru.
4)      Penyusun tes merencanakan, bahwa butir-butir soal tes objektif itu tidak hanya akan dipergunakan dalam satu kali tes, melainkan akan dipergunakan lagi pada kesempatan tes-tes hasil belajar yang akan datang. Mengeluarkan lagi butir-butir soal tes objektif yang telah dikeluarkan sebelumnya adalah tidak terlalu sulit. Sekalipun itemnya sama, tetapi dengan mengubah letak kunci jawabannya saja misalnya, atau dengan merevisi susunan kalimat soalnya, butir-butir soal tes objektif itu masih relevan dan cukup handal untuk dijadikan alat pengukur hasil belajar.
5)      Penyusun tes mempunyai keyakinan penuh bahwa dengan menggunakan butir-butir soal tes objektif yang disusunnya itu, akan dapat dilakukan penganalisisan dalam rangka mengetahui kualitas butir-butir itemnya, misalnya dari segi derajat kesukarannya, daya pembedanya dan sebagainya.
6)      Penyusun tes berkeyakinan bahwa dengan mengeluarkan butir-butir soal tes objektif, maka prinsip objektivitas akan lebih mungkin untuk diwujudkan ketimbang menggunakan butir-butir soal tes subjektif. Seperti diketahui, bagi tes objektif hanya ada dua kemungkinan jawaban, yaitu Betul dan Salah; jadi tidak akan ada jawaban “separoh betul”, “seperempat betul”, “betul sepertiga”, atau sebangsa itu. Hal ini membuka kemungkinan bagi penyusun tes untuk dapat terhindar dari faktor-faktor subjektif yang kemungkinan dapat menyelinap masuk ke dalam dirinya. Dengan demikian pengukuran dan penilaian hasil belajar akan dapat berjalan dengan lebih “sehat” dan “fair”.

D.    Segi-Segi Kelebihan dan Kekurangan
Seperti halnya tes uraian, sebagai alat pengukur keberhasilan belajar peserta didik, tes objektif ini disamping memiliki keunggulan-keunggulan tertentu, juga tidak dapat terlepas dari kekurangan-kekurangan.
Diantara keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh tes objektif ialah, bahwa:
1)      Tes objektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan mewakili materi yang telah diajarkan kepada peserta didik atau telah diperintahkan kepada peserta didik untuk mempelajarinya. Hal ini dapat dipahami dengan melihat kenyataan bahwa butir-butir soal yang dikeluarkan dalam bentuk tes objektif itu jumlahnya cukup banyak. Dengan jumlah butir soal yang cukup banyak itu, maka berbagai aspek psikologis yang seharusnya diungkap lewat tes hasil belajar, seperti: aspek pengetahuan, aspek pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis dan lain-lain, dapat dicakup dan diungkap secara lengkap melalui tes hasil belajar tersebut.
2)      Tes objektif lebih memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih objektif, baik dalam mengoreksi lembar-lembar jawaban soal, menentukan bobot skor maupun dalam menentukan nilai hasil tesnya. Ini dimungkinkan, karena jawaban soal tes objektif itu hanya ada dua kemungkinan yaitu “Betul” dan “Salah”, sehingga tertutup kemungkinan bagi tester untuk memberikan “tambahan skor” bagi testee yang disukainya, atau “mengurangi” skor bagi testee yang kurang disukainya. Disamping itu, faktor lain seperti baik-buruknya tulisan dan lain-lain tidak mungkin lagi akan memberikan pengaruh, baik pengaruh yang sifatnya menguntungkan bagi testee maupun pengaruh yang sifatnya merugikan mereka.
3)      Mengoreksi hasil tes objektif adalah jauh lebih mudah dan lebih cepat ketimbang mengoreksi hasil tes uraian. Hal ini disebabkan karena untuk setiap butir soal tes objektif telah disediakan kunci jawaban yang sifatnya sangat sederhana, yaitu berupa huruf-huruf abjad seperti A, B, C, D dan E, sehingga pekerjaan koreksi perhitungan dan penjumlahan skor hasil tes serta penentuan nilainya dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat.
4)      Berbeda dengan tes uraian, maka tes objektif memberikan kemungkinan kepada oranglain untuk ditugasi atau dimintai bantuan guna mengoreksi hasil tes tersebut. Hal ini dimungkinkan, sebab dengan memgang Kunci Jawaban Soal yang sudah disediakan, orang lain tidak akan mengalami kesulitan dalam mengoreksi lembar-lembar jawaban tes objektif tersebut.bahkan lebih dari itu, dengan lembar jawaban yang sudah dipersiapkan scara matang, pekerjaan koreksi hasil ujian dapat dilakukan dengan menggunakan jasa komputer yang dapat bekerja dengan sangat cepat dan teliti, sehingga dapat dieliminir tingkat kesalahan koreksi sampai sekecil-kecilnya.
5)      Butir-butir soal pada tes objektif jauh lebih mudah dianalisis, baik analisis dari segi derajat kesukarannya, daya pembedanya, validitas maupun reliabilitasnya. Berdasar hasil analisis yang pada umumnya menggunakan statistik sebagai alat bantunya, akan dapat ditentukan tinggi-rendahnya mutu tes, disamping dapat diusahakan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaannya, sehingga dari waktu ke waktu butir-butir soal tes objektif tersebut dapat lebih ditingkatkan mutu atau kualitasnya dan dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pengukur hasil belajar yang baik.

Adapun segi-segi kekurangan dari tes objektif antara lain adalah, bahwa:
1)      Menyusun butir-butir soal tes objektif adalah tidak semudah seperti halnya menyusun tes uraian. Bukan hanya karena jumlah butir-butir soalnya cukup banyak, menyiapkan kemungkinan jawab yang harus dipasangkan pada setiap butir item pada tes objektif itu juga bukan merupakan pekerjaan yang ringan.
2)      Tes objektif pada umumnya kurang dapat mengukur atau mengungkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam. Ia lebih banyak mengungkap daya ingat atau hafalan ketimbang mengungkap tingkat kedalaman berpikir testee terhadap materi yang diujikan. Kekurangan ini terutama disebabkan karena untuk memberikan jawaban pada tes objektif yang pada umumnya jawabannya pendek-pendek itu, tentee tidak terlalu dituntut untuk berpikir secara mendalam.
3)      Dengan tes objektif, terbuka kemungkinan bagi testee untuk bermain spekulasi, tebak terka, adu untung dalam memberikan jawaban soal. Ini dapat terjadi, sebab bagi testee yang sekalipun sebenarnya tidak tahu jawabannya, namun karena pada setiap butir soal sudah dipasang kemungkinan-kemungkinan jawabannya, maka tidak ada kesulitan sama sekali bagi testee untuk menebak salah satu diantara kemungkinan jawab yang telah tersedia itu. Kalau saja jawaban yang sifatnya menebak itu ternyata betul, maka tes tersebut akan menjadi alat pengukur yang diragukan data ketepatan mengukurnya.
4)      Cara memberikan jawaban soal pada tes objektif, dimana dipergunakan simbol-simbol huruf yang sifatnya seragam, seperti: A, B, C, D dan E atau B- S dan sebagainya, maka hal seperti ini dapat membuka peluang bagi testee untuk melakukan kerjasama yang tidak sehat dengan testee lainnya. Misalnya dengan menggunakan kode-kode berupa gerakan tangan, gelengan kepada atau dengan cara-cara lainnya. Keadaan seperti ini sudah barang tentu akan membawa akibat sama seperti yang dikemukakan pada butir 3, sebab baik faktor “menebak” maupun faktor “berbuat curang” dapat dipastikan akan mengakibatkan terjadinya kekeliruan (error) dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar, dimana testee dengan kemampuan tinggi –(karena keberhati-hatiannya dalam menentukan pilihan jawab)- jawabannya menjadi salah, sedang testee yang sebenarnya kemampuannya rensah –(karena menebak dan berbuat curang)- justru betul jawabannya.
Cara Mengatasi Kekurangan:
a)      Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus-menerus hingga betul-betul mahir.
b)      Menggunakan table spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan dua.
c)      Menggunakan norma (standar) penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif itu.



E.     Memberi Skor Tes Objektif
Jawaban-jawaban tes objektif dapat diperiksa dengan mempergunakan kunci jawaban. Kunci jawaban ini ada bermacam-macam jenisnya. Beberapa diantaranya akan kami uraikan di bawah ini:
a.      Kunci berdamping (strip keys)
Kunci jawaban ini terdiri dari jawaban-jawaban yang benar yang ditulis dalam satu kolom yang lurus dari atas ke bawah. Oleh karena itu kunci jawaban ini dipergunakan untuk memeriksa jawaban-jawaban yang juga ditulis dalam suatu kolom yang lurus dari atas ke bawah. Cara mempergunakannya ialah dengan jalan meletakkan kunci jawaban tersebut berjejer dengan lembar jawaban yang akan diperiksa. Selanjutnya cocokkan jawaban-jawaban tersebut dengan jawaban-jawaban yang terdapat pada kunci jawaban.
Jawaban yang cocok dengan kunci diisi tanda positif (+), jawaban yang tidak cocok diisi tanda negative (-), sedangkan ruang yang dikosongkan tidak diisi apa-apa. (lihat contoh pada berikut ini!)
Contoh:


 













b.      Kunci system karbon (carbon system keys)
Kunci jawaban dengan system karbon ini dipergunakan untuk memeriksa jawaban dari item-item yang mengemukakan altenatif-alternatif. Murid-murid disuruh untuk mengisi tanda silang (X) pada pilihan yang benar dari alternatif yang disediakan. Di bawah ini lembar jawaban diisi karbon dan kunci jawaban yang diikat (attached) menjadi satu. Kunci jawaban-jawaban telah berisi lingkaran tempat jawaban-jawaban yang benar.





Lembar Jawaban
No.
T
F
1
X

2
X

3

X
4

X
5

X
6
X

dst



No.
a
b
c
d
e
1


X


2




X
3
X




4

X



5



X

6


X


dst







 


 














          Contoh : Pekerjaan Murid                          Tembusan pada kunci jawaban

c.       Kunci sistem tusukan (pinprick system keys)
Kunci sistem tusukan pada hakekatnya hamper sama dengan system karbon. Dalam sistem ini pilihan yang benar dari alternative yang disediakan ditusuk dengan jarum. Tusukan ini akan menembus kunci jawaban yang ada di bawahya. Apabila pilihan benar, maka lubang yang terjadi pada kunci jawaban akan tepat di tengah lingkaran yang disediakan. Apabila pilihannya salah, maka lubang yang terjadi akan berada di luar lingkaran.
d.      Kunci berjendela (windows keys)
Kunci berjendela ini dibuat dari sebuah blanko jawaban yang masih kosong. Pilihan yang benar dalam alternatif yang disediakan dilubangi. Cara mempergunakan ialah meletakkan kunci jawaban yang telah berlubang ini di atas lembar jawaban yang diperiksa. Melalui lubang-lubang pada kunci jawaban kita buat haris-garis vertikal. Dalam membuat garis-garis vertikal ini sebaiknya dipergunakan pensil warna. Apabila garis-garis vertikal tersebut tepat pada tanda silang yang dibuat oleh murid berarti jawaban murid bersangkutan benar. Apabila garis-garis vertical tersebut tidak tepat pada tanda silang yang dibuat oleh murid, berarti jawaban murid bersangkutan salah.






 
















Setelah lembar jawaban murid-murid kita periksa, maka selanjutnya kita hitung berapa jumlah betulnya dan berapa jumlah salahnya. Berdasarkan jumlah betul dan jumlah salah ini, dengan memperhitungkan rumus-rumus skor tertentu, dan denagn memperhitungkan bobot skor untuk tiap-tiap item dapat kita hitung berapa jumlah skot yang diperoleh seorang murid. Rumus skor yang dipergunakan tergantung kepada tipe tes yang dipergunakan. Di bawah ini akan kami kemukakan rumus skor untuk tiap-tiap tipe tes.
a.       Rumus skor untuk “trus-false
S =
Keterangan:
S  = skor
R  = jumlah jawaban yang benar
W  = jumlah jawaban yang salah
Wt = weight/bobot

b.      Rumus skor untuk “multiple choice
S =
Keterangan :
n  = jumlah option (alternatif) yang disediakan pada tiap-tiap item

c.       Rumus skor untuk “matching type
S =
Keterangan :
n1 = jumlah statement pada kolom sebelah kiri
n2 = jumlah option pada kolom sebelah kanan

Catatan:
Oleh karena bilangan  merupakan bilangan yang sangat kecil, sering bilangan tersebut diabaikan saja sehingga rumus matching menjadi:
S =

d.      Rumus skor untuk completion type
S =


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1.      Tes objektif (objective test) adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh teste dengan jalan memilih salah satu atau lebih diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau symbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir yang bersangkutan.
2.      -  Tes objektif jawab bebas (free response items), terdiri dari:
a.       Completion test, dan
b.      Short answer
-    Tes objektif jawab terbatas (fixed response item), terdiri dari:
a.       True-false
b.      Multiple choice
c.       Matching
d.      Rearrangement exercise
3.      Ketepatan penggunaan tes ubjektif, yakni:
-          Peserta tes jumlahnya cukup banyak
-          Penyusun tes (tester) telah memiliki kemampuan dan bekal pengalaman yang luas dalam menyusun butir-butir soal tes objektif.
-          Penyusun tes memiliki waktu yang cukup longgar dalam mempersiapkan penyusunan butir-butir soal tes objektif.
-          Penyusun tes merencanakan, bahwa butir-butir soal tes objektif itu tidak hanya akan dipergunakan dalam satu kali tes saja, melainkan akan dipergunakan lagi pada kesempatan tes-tes hasil belajar yang akan datang.
-          Penyusun tes mempunyai keyakinan penuh bahwa dengan menggunakan butir-butir soal tes objektif yang disusunnya itu akan dapat dilakukan penganalisisan dalam rangka mengetahui kualitas butir-butir itemnya, misalnya dari segi derajat kesukarannya, daya pembedanya dan sebagainya.
-          Penyusun tes berkeyakinan bahwa dengan mengeluarkan butir-butir soal tes objektif, maka prinsip objektivitas akan lebih mungkin untuk diwujudkan ketimbang menggunakan butir-butir soal tes sukjektif.
4.      Kelebihan tes objektif, ialah:
-          Tes objektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan mewakili materi yang telah diajarkan kepada peserta didik atau telah diperintahkan kepada peserta didik untuk mempelajarinya.
-          Tes objektif lebih memungkinkan bagi testes untuk bertindak lebih objektif, baik dalam mengoreksi lembar-lembar jawaban soal, menentukan bobot skor maupun dalam menentukan nilai hasil tesnya.
-          Mengoreksi hasil tes objektif adalah jauh lebih mudah dan lebih cepat ketimbang mengoreksi hasil tes uraian.
-          Berbeda dengan tes uraian, maka tes objektif memberikan kemungkinan kepada orang lain untuk ditugasi atau dimintai bantuan guna mengoreksi hasil tes tersebut.
-          Butir-butir soal pada tes objektif, jauh lebih mudah dianalisis, baik analisis dari segi derajat kesukarannya, daya pembedanya, validitas maupun reliabilitasnya.
Kekurangan tes objektif, ialah:
-          Menyusun butir-butir soal tes objektif adalah tidak semudah seperti halnya menyusun tes uraian.
-          Tes objektif pada umumnya kurang dapat mengukur atau mengungkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam.
-          Dengan tes objektif, terbuka kemungkinan bagi teste untuk bermain spekulasi, tebak terka, adu untung dalam memberikan jawaban soal.
-          Cara memberikan jawaban soal pada tes objektif, dimana dipergunakan simbol-simbol huruf yang sifatnya seragam.
5.      S =
S =
S =
S =
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurkanca, Wayan. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Purwanto, Ngalim. 1986. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remadja Karya CV.
-----------------------. 2001. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remadja Karya CV.
Sahlan, Moh. 2007. Penilaian Berbasis Kelas. Jember: Center for Society Studies.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukardi. 2009. Evaluasi pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
Widoyoko, Eko Putro. 2010. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://ramlannarie.wordpress.com/tag/penilaian/


2 komentar: