Senin, 21 Maret 2011

PSIKOLOGI PENDIDIKAN : Fase-fase Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan menempati kedudukan paling tinggi dan suatu yang paling diprioritaskan. Pendidikan merupakan hal terpenting guna mewujudkan manusia yang berbudaya dan berperadapan. Mengapa? Sebab pendidikan merupakan wasilah (jalan) guna membentk insan yang seutuhnya (insane kamil).
Namun pendidikan tidak selamanya berhasil mencapai target yang diharapkan, bahkan banyak sekali pendidikan yang mengalami kegagalan, sehingga tidak mampu mengangkat martabat manusia menuju kesempurnaan.
Persoalan-persoalan yang sering terjadi dalam pendidikan seringkali tidak adanya evaluasi terhadap penyebab kegagalannya, baik dari segi metode, pendekatan, pertimbangan, serta aspek perkembangan dan pertumbuhan peserta didik.
Untuk itu, pendidik harus memperhatikan perkembangan peserta didiknya, terutama penguasaan yang menyeluruh terhadap tahap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Hal ini bertujuan guna membuka esensi kemanusian peserta didik sebagai acuan dalam menentukan pola pendidikan dan pengajaran.
Oleh karena itu kami mencoba membahas bagaimana memperhatikan tahap petumbuhan dan perkembangan manusia fase demi fase.

  1. Rumusan Masalah
Agar lebih sistematis dan mudah dipahami, maka kami menyusun rumussan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan manusia?
2.      Apa saja aspek-aspek, serta hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan pribadi manusia?


BAB II
PENJELASAN
  1. Pertumbuhan Pribadi Manusia
1)      Pengertian Pertumbuhan
Dalam kamus bahasa Indonesia pertumbuhan diartikan dengan bertambah-tambah, tibul dan lain-lain.[1] Namun pertumbuhan  dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuatitatif ini dapat berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas dan sebagainya.[2]
2)      Peristiwa Pertumbuhan Manusia
Peristiwa pertumbuhan manusia bertolak dari peristiwa awal hereditas. Manusia terbentuk dari materi yang lemah yaitu materi genetis, secara genetis mula-mula satu sperma memasuki sebuah telur satu individu baru mulai membentuk diri. Kehidupan awal dari individu dipengaruhi oleh kondisi ibu, sedangkan peran ayah hanyalah memberikan kemungkinan yang tepat agar individu itu terkonsep. Pertama-tama sperma-sperma yang menyerupai bulatan kepala da berekor panjang bergerak dan berenang cepat memasuki rahim ibu dan hanya satu diantaranya yang dapat sampai kesasaran yaitu telur. Ketika sperma menembus dan memasuki telur, kepalanya mulai membuka dan mensenyawakan dua puluh empat kromosom yang tadinya terbungkung. Dalam waktu yang hampir bersamaan “necieus” dalam dalam telur pecah dan melepaskan pula kedua puluh empatnya kromosom sebagai sumbangan dari pihak ibu untuk membentuk seorang anak.[3]
Dengan demikian individu mulai tebentuk dari empat puluh delapan kromosom. Pertumbuhan berlanjut dengan adanya proses “division” dan “redivision” (pembagian sel dan pembagian pembelahan kembali pada sel-sel). Ratapan kromosom tumbuh lagi semakin banyak membentuk butiran yang menyerupai embun yang disebut “beads” yang berisikan “genes”.
Dan genes inilah yang merupkan faktor penentu dalam hereditas, dan setiap genes mempuyai fungsi tertentu dalam pertumbuhan manusia. Kemudian, maka telur menjadi masak dan masuklah saraf pada ibu. Sel-sel tersebut tidak lagi tinggal bersama-sama, tatkala jumlah sel masih terbatas, sel-sel itu mulai mengadakan ”specializing” (spesialisasi) yaitu beberapa bagian menjadi sel-sel tulang, sel-sel kulit, sel-sel daging, sel-sel otak, sel-sel otot dan lain sebagainya. Semua sel yang telah terspesialisasi ini tumbuh terus dan membentuk berbagai dari tubuh manusia.
Namun perlu diketahui bahwa tidak semua aspek pribadi manusia diwarisi dari orang tuanya. Hal-hal yang tidak diwarisi meliputi beberapa aspek, baik materil pertumbuhan fisik, maupun mental. Dari sifat-sifat genes yang dimiliki, individu dapat saja menjadi orang yang pemurung, periang, pendiam, lamban, ataupun cerdas. Akan tetapi, keadaan fisik dan mental seperti penyakit, kelelahan, kemiskinan, kegagalan atau kemalasan adalah tidak diwariskan, melaikan diperoleh dari pendidikan. Perlengkapan mental setiap individu sejak lahir adalah sama seperti halnya pada orang dewasa, begitu pula perlengkapan fisik, dengan demikian, pertumbuhan itu dipengaruhi, baik oleh hereditas maupun lingkungan.[4]
3)      Hukum-hukum Yang Mengatur Pertumbuhan
Pertama: pertumbuhan memiliki dua aspek perubahan yaitu perubahan kuantitatif yang mencangkup “divisioan” dan perbanyakan kromosom, sel-sel, penambahan jumlah seperti gigi, rambut. Disamping itu, ada perubahan kualitatif yang mencangkup penyempurnaan struktur fisiologis. Kedua: pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan teratur. Ketiga: tempo pertumbuhan tidak sama. Keempat: pola pertumbuhan dimodifikasi oleh kondisi-kondisi didalam dan diluar badan. Kelima: pertumbuhan adalah kompleks dan semua aspeknya saling berhubungan.[5]



4)      Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
a.       Anak sebagai keseluruhan, yaitu pertumbuhan anak baik fisik, intelektual maupun social sangat ditentukan oleh latar belakang keluarga, latar belakang pribadinya dan aktivitas sehari-harinya.
b.      Umur mental anak mempengaruhi pertumbuhannya.
c.       Permasalahan tingkh laku sering berhubungan dengan pola pertumbuhan.
d.      Penyesuaian pribadi dan sosial mencerminkan dinamika pertumbuhan.
5)      Pertumbuhan Fisik Yang Normal
Pertumbuhan meliputi kelenjar, pertumbuhan badan umumnya, pertumbuhan sistem saraf dan pertumbuhan seksual. Pertumbuhan kelenjar terjadi secara pesat sejak lahir sam pai umur 10 tahun, dan pada umur 12 tahun kecepatannya menurun sampai umur 20 tahun.
Pertumbuhan badan terjadi secara pesat pada tahun pertama, kemudian pada tahun kedua tumbuh konstan hinggga umur 12 tahu dan setelah itu, masa pubertas tumbuh secara pesat hingga umur 20 tahun. Pertumbuhan sistem saraf terjadi sejak lahir secara pesat hingga umur 4 tahun, setelah itu kecepatannya berkurang sampai umur 12 tahun. Dari umur 12 tahun sampai umur 20 tahun pertumbuhan sistem saraf kecepatannya tetap. Pertumbuhan seksual terjadi secara  menyolok mulai pada masa pubertas. Pada anak laki-laki umumnya pada umur 12 atau 13 tahun, sedangkan pada anak perempuan lebih awal yaitu mulai awal menstruasi pertama sekitar umur 10 tahun sampai umur 16 tahun. Pada masa pubertas ini mulailah tumbuh rambut khusus pada tubuh, baik laki-laki maupun perempuan. Pada anak laki-laki mulai terjadi perubahan suara yang lebih besar, badan semakin tegap.
Pertumbuhan seksual yang secara pesat dimulai dari masa pubertas berlangsung terus secara pesat hingga umur 20 tahun. Pertumbuhan yang berhubungan dengan tingggi dan berat badan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan internal misalnya, makanan dan gizi. Kondisi lingkungan eksternal misalnya, suhu, udara, aktivitas social dan lain-lian serta materil hereditas.[6]
Sesuai dengan prinsip pertumbuhan manusia seseorang anak memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya, meliputi:
  1. Prinsip biologis yaitu bahwa secara fisik, anak yang baru dilahirkan berada dalam keadaan lemah atau ia belum dapat berdiri sendiri sebab manusia bukan mukhluk instinktif. Keadaan tubuhnya belum tumbuh secara sempurna untuk difungsikan secara maksimal.
  2. Prinsip takberdaya yaitu sejak dilahirkan hingga menginjak usia dewasa anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya. Ia sama sekali tak berdaya unutk mengurus dirinya sendiri.
  3. Prinsip eksplorasi yaitu bahwa kemantapan dan kesempurnaan perkembangan potensi manusia yang dibawa sejak lahir memerlukan pengembangan melalui pemeliharaan dan latihan.[7]

  1. Perkembangan Pribadi Manusia
1)      Pengertian Perkembangan
Perkembangan dalam kamus bahasa Indonesia diartikan dengan mekar, terbuka, terbentang dan lain-lain.[8] Namun perkembangan pribadi adalah perubahan kualitatif dari setiap fungsi kepribadian sebagai akibat dari pertumbuhan dan belajar. Baik perubahan fungsi-fungsi jasmaniah maupun fungsi-fungsi kepribadian yang bersifat kejiwaan.[9]
2)      Hukum-Hukum Perkembangan
Perkembangan tidak terjadi secara kebetulan, melaikan disebabkan oleh beberapa hukum-hukum tertentu, yaitu.
a)      Perkembangan kualitatif yaitu perubahan fungsi secara kualitatif.
b)      Perkembangan dipengaruhi oleh proses dan hasil belajar.
c)      Pertambahan usia
d)     Masing-masing individu mempuyai tempo perkembangan yang berbeda.
e)      Perkembangan individu mengikuti pola umum yang sama.
f)       Perkembangan dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan.
g)      Perkembangan meliputi proses individu dan integrasi.
3)      Tahap-Tahap Perkembangan Pribadi Manusia.

A.    Tahap-tahap perkembangan fisiologis yaitu perubahan kualitatif terhadap strukturdan fungsi-fungsi fisiologis. Sigmund Freud mengemukakan 6 tahap perkembangan fisiologis manusia yaitu:
1.      Tahap oral: (umur 0 sampai sekitar 1 tahun) dalam tahap ini, mulut bayi merupakan daerah utama dari pada aktivitas yang dinamis pada manusia.
2.      Tahap anal: (antara umur 1 tahun sampai 3 tahun) dalam tahap ini, dorongan dan aktivitas gerak individu lebih banyak terpusat pada fungsi pembuangan kotoran.
3.      Tahap falish: (antara umur 3 tahun sampai 5 tahun) dalam tahap ini, alat-alat kelamin merupakan daerah perhatian yang penting dan pendorong aktivitas.
4.      Tahap latent: (antara umur 5 tahun sampai 12 dan 13 tahun) dalam tahap ini dorongan aktivitas dan pertumbuhan cenderung bertahan dan sepertinya istrihat dalam arti tidak meningkatkan kecepatan pertumbuhan.
5.      Tahap pubertas: (antara umur 12, 13 sampai 20 tahun) dalam tahap ini dorongan aktivitas kembali, kelenjar indoktrin tumbuh pesat dan berfungsi mempercepat pertumbuhan kearah kematangan.
6.      Tahap genital: (setelah umur 20 tahun dan seterusnya) dalam tahap ini pertumbuhan genital merupakan dorongan penting bagi tingkah laku seseorang.[10]

B.     Tahap-Tahap Perkembangan Psikologis
Menurut Jacque Rousseau, bahwa perkembangan fungsi dan kapasitas kejiwaaan manusia berlangsung dalam 5 tahap yaitu:
1.      tahap perkembangan masa bayi: (sejak lahir sampai umur 2 tahun) dalam tahap ini, perkembangan pribadi didominasi oleh perasaan. Perasaan ini tidak tumbuh dengan sendirinya, melaikan berkembang sebagai akibat dari adanya reaksi-reaksi bayi terhadap stimuli lingkungannya.
2.      tahap perkembangan masa kanak-kanak: (umur 2 tahun sampai 12 tahun) dalam tahap ini, perkembangan pribadi anak dimulai dengan berkembangnya fungsi-fungsi indra anak untuk mengadakan pengamatan.
3.      tahap perkembangan pada masa preadolesen: (umur 12 tahub sampai 15 tahun) dalam tahap ini, perkembangan fungsi penalaran intelektual pada anak sangat dominant.
4.      perkembangan pada masa adolesen: (umur 15 tahun sampai 20 tahun)dalam tahap ini, kualitas kehidupan manusia diwarnai oleh dorongan seksual yang kuat, keadaan ini membuat orang tertarik kepada lain jenis.
5.      masa pematangan diri: (setelah umur 20 tahun) dalam tahap ini perkembangan fungsi kehendak mulai dominan. Orang mulai dapat membedakan adanya tiga macam tujuan hidup pribadi yaitu: pemuasan keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok dan pemuasan keinginan masyarakat. Realisasi setiap keinginan ini menggunakan fungsi penalaran, sehinggga mulai mampu melakukan “self direction end self controle”  dengan menggunakan dua kemampuan ini, maka manusia tumbuh dan berkembang menuju kematangan untuk hidup berdiri sendiri dan bertanggung jawab.[11]

C.     Tahap-Tahap Perkembangan Secara Pedagogis
Tahap ini terdapat dua sudut tinjauan, pertama dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan dan yang kedua dari sudut tinjaun teknis khusus perlakuan pendidikan.[12]
Mengenai tahap perkembangan pribadi manusia ditinjau dari sudut teknis umum penyelenggaraan pendidikan terdiri dari 5 tahap, yaitu:
  1. Tahap enam tahun pertama: tahap perkembangan fungsi pengindraan yang memungkinkan anak mulai mampu untuk mengenal lingkungan.
  2. Tahap enam tahun kedua: tahap perkembangan fungsi ingatan dan imajinasi individu yang memungkinkan anak mulai mampu menggunakan fungsi intelektual dalam usaha mengenal dan menganalisis lingkungan.
  3. Tahap enam tahun ketiga: tahap perkembangan fungsi intelektual yang memungkinkan anak mampu mengevaluasi sifat-sifat serta menemukan hubungan-hubungan antar variable  didalam lingkungannya.
  4. Tahap enam tahun keempat: tahap perkembangan fungsi kemampuan berdikari.” self-direction” dan “self-controle”.
  5. Tahap kematangan pribadi: tahap dimana intelek memimpin perkembangan semua aspek kepribadian menuju kematangan pribadi dimana manusia berkemampuan mengasihi Allah dan sesama manusia.
Sedangkan tahap perkembangan pribadi ditinjau dari sudut teknis khusus perlakuan pendidikan yaitu:
  1. Untuk tahap kematangan prenatal:
§  Penjagaan kesehatan lingkungan fisiologis ibu.
§  Pemeliharaan makanan (gizi, protein, vitamin).
§  Pemeliharaan tingkah laku orang tua terutama ibu yang tengah mengandung untuk menghindari sifat hereditas yang mengganggu perkembangan fungsi fisiologis bayi.
§  Pengendaliam peragai dan sikap-sikap yang negative pada diri ibu kandung.
  1. Untuk anak dalam tahap perkembangan vital.
§  Pemeliharaan makanan  dan gizi bagi anak.
§  Pembiasaan untuk dapat hidup teratur misalnya dalam hal makan, tidur dan buang air.
  1. Untuk anak dalam tahap perkembangan ingatan.
§  Latihan indra.
§  Latuhan perhatian.
§  Latihan ingatan.
  1. Untuk anak dalam tahap perkembangan keakuan.
§  Menghindari perlakuan memanjakan.
§  Menghindari perlakuan yang bersifat hukum.
§  Membimbing penyesuaian diri pada anak dengan lingkungan.
  1. Untuk anak dalam tahap perkembangan pengamatan.
§  Menciptakan lingkungan yang sehat dan pedagogis.
§  Melatih fungsi pengamatan.
§  Memberikan teladan-teladan hidup yang positif.
§  Memberikan stimuli dan informasi yang objektif.
  1. Untuk anak dalam tahap perkembangan intelektual.
§  Memberikan latihan berfikir.
§  Memberikan pengalaman langsung.
§  Memberikan motivasi intrinsic agar anak mau belajar secara oto-aktif.
§  Menggunakan evaluasi sebagai sarana motivasi belajar.
§  Memberikan bimbingan secara psikologis, adil dan fleksibel.
  1. Untuk anak dalam tahap perkembangan pra-remaja.
§  Hindarilah sikap menunggu atau membiarkan tingkah laku negative anak pra-remaja.
§  Mendekati anak dengan penuh persahabatan.
§  Memberi petunjuk dan pengarahan secara simpatik dengan menumbuhkan kepercayaan anak terhadap pendidik.
§  Jangan mengekang, tetapi jangan membiarkan.
  1. Untuk anak dalam perkembangan remaja.
§  Memberikan kepercayaan kepada anak unutk melaksanakan tugas-tugas
§  Mengevaluasi dan mengarahkan belajar anak secara bijaksana.
§  Membeimbing penemuan pandangan hidup yang sesuai dengan pribadi dan lingkungannya.
§  Menanamkan semangat patriotik atau kecintaan kepada bangsa dan tanah air.
§  Memupuk jiwa dan semangat wiraswasta di berbagai bidang.
  1. Untuk anak didik tahap pematangan pribadi atau kedewasaan.
§  Memupuk rasa tanggung jawab dan pengabdian.
§  Membimbing pengenalan tentang makna hidup.
§  Memberi bekal guna mendapatkan pekerjaan.
§  Memberi bekal hidup keluarga dan masyarakat.


BAB II
PENUTUP
  1. Kesimpulan
ü  Fase pertumbuhan merupakan perubahan kuantitatif pada materil sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan.
ü  Fase pertumbuhan manusia meliputi peristiwa pertumbuhan pribadi manusia, hukum-hukum yang mengatur pertumbuhan, aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan.
ü  Fase perkembangan merupakan  perubahan kualitatif dari setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar.
ü  Fase perkembangan manusia meliputi hukum-hukum perkembangan, tahap-tahap perkembangan baik secara fisiologis, psikologis serta pedagogis.

  1. Daftar Pustaka
Syamsul Arifin, Bambang. Psikologi Agama. CV Pustaka Setia, Bandung, 2008
Anwar, Dessy. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Karya Abditama, Surabaya. 2001
Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. 2006
Mazhahiri, Husain. Pintar Mendidik Anak. Lentera, Jakarta. 2000


[1] Dessy Anwar: H. 552
[2] Wasty soemanto : H. 44
[3] Ibid: H. 46
[4] Drs Bambang Samsul Arifin. H. 47
[5] Wasty soemanto : H. 53
[6] Ibid. H. 55-57
[7] Drs Bambang Samsul Arifin. H. 62
[8] Dessy Anwar: H. 231
[9] Wasty soemanto. H. 58
[10] Husain Mazhari: H. 85

[11] Wasty soemanto : H. 68
[12] Ibid. H. 78

Tidak ada komentar:

Posting Komentar